Gayclopedia Wiki
Advertisement
170px-James I of England 404446

James I - raja GAY

James I adalah raja Inggris, penerus Ratu Elizabeth I. Nama James tercatat dalam sejarah karena dia adalah raja GAY. James juga raja pengarang Alkitab Inggris. Meski banyak bukti menunjukkan bahwa James itu raja gay, ada orang yang tidak terima. Isu homoseksualitasnya bukan rekayasa modern, melainkan sudah bermula sejak James I berkuasa. Rakyat Inggris era itu sudah tahu sama tahu kalau rajanya lebih lembut dibanding ratu terdahulu!


Masa Kecil

170px-James VI of Scotland aged 20, 1586.

James saat berumur 20 tahun

James adalah putra tunggal dari Mary (Ratu Skotlandia) dan Henry Stuart (suami kedua Mary). Menariknya, Mary dan Henry adalah cicit raja Inggris - Henry VII lewat Margaret Tudor. Mary dan suaminya penganut fanatik katolik. Di era itu, berkat Anne Boleyn yang membujuk suaminya, Henry VIII, putus hubungan dengan Vatican, kaum katolik ditekan kaum protestan.

James lahir 19 Juni 1566 di kastil Edinburgh. Dia dibaptis dengan nama Charles James, dalam sebuah misa Katolik di kastil Stirling. Menariknya, ibunda James, Mary, melarang Archbishop of St Andrews meludah mulut James. Meludahi mulut anak yg dibaptis adalah tradisi pembaptisan di zaman itu, sebagai simbol berkat ilahi (karena pastor adalah wakil tuhan di bumi). Alasan Mary keberatan adalah karena dia menuduh si uskup sebagai pastor penyakitan.

Ayahanda James, Henry, dibunuh 10 February 1567 dalam sebuah ledakan misterius di Kirk o' Field, Edinburgh. Diduga itu aksi balas dendam karena Henry pernah membunuh orang. Juni 1567, kaum Protestan menangkap Mary dan memenjarakannya di kastil Loch Leven. Itu kali terakhir James melihat ibundanya.

James akhirnya dimahkotai sebagai Raja Skotlandia pada usia 13 BULAN! Gelarnya adalah Raja James VI. Dia dibesarkan secara Protestan. Untuk mengajari sang raja cilik, Privy Council menunjuk George Buchanan sebagai guru. James kecil sering dipukuli dan diajarkan untuk mencintai sastra dan juga takut akan tuhan. Saat itu, kendali Skotlandia dijalankan oleh James Stewart, Earl of Moray (saudara haram Mary) berhubung James masih kecil.

Tahun 1588, James meyakinkan Ratu Elizabeth I bahwa dia akan selalu mendukungnya (meskipun Elizabeth telah memenggal kepala ibunda James atas tuduhan makar). Berhubung Elizabeth I tidak punya keturunan, tahta Inggris jatuh ke tangan James.


Seksualitas

220px-Anne of Denmark-1605

Anne dari Denmark, istri raja gay James I

James dipuji atas ketidaktertarikannya pada lawan jenis! Umat Kristen percaya seks itu dosa dan amoral. Sehingga jika seorang raja bisa menahan diri dari godaan wanita, artinya dia raja beriman. Namun meski James tidak suka wanita, dia dekat sekali dengan sesama pria. Bahkan James digosipkan sebagai gay!

Tapi sebagai raja, mustahil menjadi seorang gay. James butuh permaisuri untuk memperkuat posisinya. Pilihan jatuh pada Anne of Denmark (14 th). Mereka menikah di tahun 1589 dan dikaruniai 3 anak: Henry Frederick (mati kena tipes th 1612), Elizabeth (kelak menjadi Ratu Bohemia), Charles (penerus James). Anne sendiri meninggal di tahun 1619.

Masalah homoseksualitas James belakangan diketahui rakyat Inggris. Mereka mengolok-ngolok raja mereka dengan membuat slogan sindiran "Raja kita adalah ELizabeth. Sedangkan ratu kita adalah James."


Raja Inggris

170px-Nicholas Hilliard 020

James I

Ratu Elizabeth I tidak punya keturunan. Saat dia meninggal, berakhirlah dinasti Tudor. Dan dimulainya dinasti Stewart. James lalu dimahkotai sebagai Raja Inggris - James I pada tanggal 25 Juli 1603. Meski James disambut rakyat Inggris, tidak semua suka padanya. Berkali-kali, James hampir dibunuh. Kasus paling terkenal adalah Gunpowder Plot saat seorang Katolik bernama Guy Fawkes bersembunyi di atap gedung parlemen dengan 36 tong bubuk mesiu. Guy Fawkes lalu dihukum mati. Komik V for Vendetta diinspirasi dari kisah Guy Fawkes.


Peran Dalam Kristen

Meski umat Kristen mengaku Alkitab sebagai sabda ilahi, faktanya Alkitab yang dipakai semua umat Kristen adalah Alkitab terjemahan dalam bahasa masing-masing. Yang namanya terjemahan pasti tidak akurat berhubung tak ada kosakata yang tepat untuk menggantikan kata bahasa asli. Alkitab Inggris era itu pun sarat dengan terjemahan error. Kaum Puritan (sebutan untuk para pemeluk ekstrim agama kristen) memprotes isi Alkitab yang dinilai melenceng. James I pun memutuskan untuk "mengarang" Alkitabnya sendiri. Dia mempekerjakan 47 ahli Alkitab untuk menerjemahkan ulang kitab suci itu dari bahasa asli. Alkitab King James lalu diedarkan. Dan masih dipakai hingga detik ini di Inggris.


Skandal Homoseksual

1. Esmé Stewart

Kekasih gay pertama James adalah pria Perancis bernama Esmé Stewart, Sieur d'Aubigny (sepupu ayahanda James). Saat bertemu Esmé, James baru berusia 13 tahun! Esmé sendiri sudah beristri dan punya 5 anak. James yang masih ABG mengira dunia merupakan tempat yang indah bagi semua orang, termasuk gay. Raja muda itu terang-terangan memeluk dan mencium Esmé di depan umum! Bahkan mengangkatnya menjadi "gentleman of the bedchamber" (semacam dayang istana tapi laki-laki). Esmé dinaikkan pangkatnya hingga menjadi Duke satu-satunya di Skotlandia! Kaum Kristen Calvinist mencurigai homoseksualitas Esmé dan menuduhnya menjebloskan sang raja ke lembah nafsu sesama-jenis. Mereka menipu James pergi ke sebuah lokasi lalu memenjarakannya selama 10 bulan. James dipaksa untuk mengasingkan Esmé. Dengan berat hati, Esmé Stewart diusir.

Esmé tetap berhubungan dengan James lewat surat rahasia. Cinta Esmé pada James sangat jelas tertulis saat Esmé mengaku telah menelantarkan keluarganya demi mendedikasikan dirinya pada James. Esmé bahkan menulis bahwa dia ingin mati demi James agar James tahu betapa besar cinta yang terukir di hatinya. Ironis, Esmé benar-benar meninggal sekembalinya ke Perancis. Dia bahkan meninggalkan wasiat agar jantungnya dikeluarkan dan diawetkan untuk James! James sangat berduka dan menulis puisi cinta nan tragis berjudul Tragedi Burung Phoenix. Dalam puisi itu, James menganalogikan Esmé sebagai burung surga yang dibunuh karena ada yang iri hati.


2. Robert Carr

100px-Robert Carr, Earl of Somerset by John Hoskins

Robert Carr, kekasih gay James

James (41 th) bertemu Robert Carr yang saat itu baru berusia 17 tahun. Dalam permainan adu jousting berkuda, Robert terluka dan patah kaki. Menurut pengakuan Thomas Howard, Earl of Suffolk, James jatuh cinta pada pemuda bangsawan itu. Raja gay itu tak ragu mengirim berbagai hadiah untuk sang pemuda. Robert akhirnya diangkat juga menjadi gentleman of the bedchamber. Banyak yang mengakui ketampanannya meski otaknya tak begitu cemerlang.

Sama seperti kelakuan gay Indonesia modern, Robert merasa dia harus menikahi wanita. Wanita "beruntung" itu adalah Frances Howard. Tapi Frances sudah bersuami! Robert meminta James mengeluarkan surat cerai untuk Frances. James setuju, bahkan memberi hadiah pernikahan berupa kenaikan pangkat menjadi Earl of Somerset.

Di tahun 1615, hubungan James dan Robert mengendur. Rupanya, Robert lebih memilih istrinya (mungkin dia adalah seorang biseks yang condong ke lawan jenis). Dalam suratnya, James komplain bahwa Robert tak lagi mau berbaring di kamar James. Bahkan saat James memohon kedatangan Robert, dia tak dipedulikan. Kekesalan James memuncak.

Kesempatan emas muncul saat terungkap fakta bahwa istri Robert membunuh Sir Thomas Overbury (penentang pernikahannya) dengan racun. James buru-buru meraih kesempatan itu untuk mengadili ekduanya. Tapi Robert tak tinggal diam. Dia balik mengancam akan menyebarkan rahasia bahwa James dan dia sering berhomoseks. James sangat cemas sampai2 dia menugaskan dua pengawal untuk menyumpal mulut Robert dalam persidangan kalo dia berani bicara macam-macam. Tapi istri Robert mengakui kejahatannya. Robert dan Frances lalu dihukum mati! Namun James tak tega melihat kekasih gay-nya mati. Hukuman mati diringankan menjadi penjara 7 tahun. Keduanya lalu diizinkan mengasingkan diri ke vila mereka di pedesaan.


3. George Villiers

100px-GeorgeVilliers

George Villiers, juga kekasih gay James

Kekasih gay terakhir James adalah George Villiers. Mereka berkenalan di tahun 1614, tepatnya saat di mana hubungan James dengan Robert Carr memburuk. James saat itu berumur 48 tahun. George adalah anak seorang satria dari rakyat jelata. Pria itu digambarkan sebagai pria yang sangat tampan, pintar, dan jujur. Tahun berikutnya, George diangkat jadi bangsawan.

Dalam sebuah penggalian di tahun 2004-2008, ditemukan sebuah lorong rahasia yang menghubungkan kamar tidur James I dengan kamar George! Tak perlu orang jenius untuk meramal apa yang terjadi antara mereka berdua. James tanpa malu menunjukkan rasa cintanya pada pria itu dalam tulisan berikut:

"Aku, James, bukan tuhan dan bukan malaikat. Aku cuma manusia biasa. Karena itu, aku berlaku seperti manusia biasa dan mengaku telah mencintai seseorang lebih dari siapapun juga. Kalian boleh yakin, aku mencintai Earl of Buckingham lebih dari siapapun, bahkan lebih dari kalian yang berkumpul di sini. Aku mau berbicara atas namaku. Karena Yesus berlaku sama, aku tak bisa disalahkan. Yesus Kristus memiliki Yohanes. Aku memiliki George." Dalam suratnya, James memanggil George sebagai "istrinya": Aku ingin hidup di dunia hanya demi kamu. Lebih baik hidup diasingkan di belahan bumi manapun bersama kamu, daripada hidup menduda tanpa dirimu. Tuhan memberkatimu, "anakku" yang manis dan juga "istriku". Semoga Tuhan mengizinkan kamu menjadi penyejuk bagi "ayahmu" dan "suamimu".

Kematian

200px-James I of England by Daniel Mytens

James I di akhir hayatnya

Sekitar umur 50, James mulai sakit-sakitan. Dia menderita arthritis, gout dan batu ginjal. Dia juga ompong dan sering mabuk. Mengetahui ajalnya mendekat , James mempersiapkan putranya, Charles untuk menjadi penerusnya. Tahun 1625, penyakitnya memburuk. James kena stroke dan sering pingsan. Sang raja gay itu akhirnya menghembuskan napas terakhirnya tanggal 27 Maret. Kekasih gay-nya, George Villiers berada di samping James, memegangi tangannya dengan setia...

Kisah cinta gay James I memang seperti cerita novel. Seperti yang ditulis James, dia hanyalah seorang manusia yang tak luput dari cinta. Dia memang gay tapi dia juga bisa mencintai dan dicintai pria lain. Semoga kisah James I bisa menjadi inspirasi bagi kaum gay Indonesia.

Advertisement